Jumat, 23 April 2010

"Setiap Menit 8 Orang Meninggal Akibat Rokok"




Pemerintah berencana menaikkan harga jual rokok per 1 April mendatang. Langkah ini bertujuan untuk menambah penerimaan negara dari sektor cukai rokok. Apakah setelah itu jumlah perokok akan berkurang? Belum ada data yang pasti tentang penurunan jumlah perokok akibat kenaikan harga jualnya. Yang jelas, jumlah kematian akibat rokoklah yang terus bertambah.

Yang mengherankan, kesadaran untuk menghentikan kebiasaan buruk ini di kalangan 'pecandunya' masih cukup rendah. Ini dapat terlihat dari tingginya konsumsi rokok.
Menurut praktisi kesehatan yang juga aktivis Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM 3), dr Tjandra Yoga Aditama, Indonesia adalah negara kelima terbesar di dunia dalam hal konsumsi rokok.

Pada 2002, jumlah rokok yang dihisap oleh penduduk Indonesia mencapai 215 miliar batang.
Urutan pertama ditempati Cina dengan jumlah 1.643 miliar batang, Amerika Serikat 451 miliar, Jepang 328 miliar, dan Rusia di peringkat keempat sebanyak 258 miliar batang.

Sekitar setengah dari jumlah perokok, kata Tjandra, akan meninggal akibat rokoknya. Separuh dari mereka yang meninggal itu akan tutup usia pada umur 35-69 tahun.

''Sekitar 100 juta orang meninggal akibat rokok di abad ke-20. Kalau situasinya tetap seperti ini, maka akan ada satu miliar orang yang akan mati akibat rokok di abad ke-21 ini,'' ungkapnya pada seminar dan sosialisasi tentang Perda larangan rokok, yang diselenggarakan Mal Ciputra Jakarta, pekan lalu.

Pada 2000, lanjut Tjandra, kematian akibat rokok di kalangan pria di negara maju sebanyak 1,6 juta orang. Di negara berkembang sebesar 1,8 juta orang. Jadi, total pria yang meninggal akibat rokok sebanyak 3,4 juta orang.

Sedangkan wanita di negara maju yang meninggal akibat benda ini sebanyak 0,5 juta orang. Di negara berkembang sebanyak 0,3 juta orang. Totalnya sebanyak 0,8 juta orang. Dengan demikian, total kematian pada 2000 akibat rokok adalah 4,2 juta per tahun, atau 350 ribu per bulan, atau 11.666 per hari, atau 486 per jam. ''Tercatat ada delapan orang meninggal dunia setiap menit di dunia akibat rokok,'' tegas Tjandra. Ia melanjutkan, pada asap rokok terdapat sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya. Asap ini terbagi dua, yaitu asap utama (main stream smoke) yang keluar dari pangkal rokok dan asap sampingan (side stream smoke) yang keluar dari ujung rokok. Zat-zat berbahaya tersebut meliputi aseton (cat), ammonia (pembersih lantai), arsen (racun), butane (lighter fuel -- bahan bakar ringan), kadmium (aki mobil), karbon monoksida (asap knalpot), DDT (insektisida). Selain itu juga hidrogen sianida (gas beracun), methanol (bensin roket), naftalen (kamper), toluene (pelarut industri), vinil klorida (plastik), dan masih banyak lagi. Akibat yang ditimbulkan zat-zat berbahaya tersebut adalah gangguan pada paru, yaitu penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang meliputi bronkhitis kronik dan emfisema. Juga kanker paru (bukan karsinoma sel kecil dan karsinoma sel kecil), penurunan faal paru, dan penyakit paru lainnya. ''Rokok juga mengakibatkan gangguan reproduksi pada pria dan wanita. Pada pria berupa impotensi, infertilitas, dan gangguan sperma. Sedangkan pada wanita berupa nyeri haid, menopause lebih awal, dan infertilitas,'' papar Tjandra.
Penyakit atau masalah lain yang ditimbulkan karena rokok adalah rambut (bau dan kotor), mata (berair, sering berkedip, katarak, degenerasi macula, kebutaan), kulit (keriput, penuaan dini), hidung (gangguan penciuman), gigi (diskolorisasi, plak, longgar, gingivitis), dan mulut (bau mulut, nyeri tenggorok, gangguan mengecap rasa). Berbagai jenis kanker juga mengancam para perokok. Antara lain kanker mulut yang berpotensi lima kali lebih besar, kanker tenggorok sembilan kali lebih besar, kanker kandung kemih dua hingga tiga kali lebih besar, kanker bibir, pipi, lidah, kanker pankreas, esofagus, dan kanker leher rahim. Pada wanita hamil, rokok bisa menyebabkan keguguran, gangguan tumbuh kembang anak dan penyakit lain pada anak, gangguan oksigen janin, dan gangguan enzim pernapasan. Jika ibu merokok 10 batang per hari, maka kemungkinan anaknya akan menderita asma dua kali lebih besar. ''Karena itu kebiasaan merokok harus dihentikan. Caranya dengan mengenali bahaya rokok, ubah kebiasaan, lakukan secara berangsur-angsur, dan yang terpenting ada motivasi yang kuat untuk menghentikan rokok,'' jelas Tjandra.